Jakarta – Manyota.id | Aliansi BEM Perguruan Tinggi Muhamadiyah(PTM) Zona 3 yang terdiri dari kampus Perguruan Tinggi Muhammadiyah di DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat akan menggelar aksi unjuk rasa pada hari Jum’at (4/3) besok.
Aksi unjuk rasa tersebut akan berpusat di Markas Besar Polri (MABES POLRI) yang berada di Jakarta Selatan.
Presidium Nasional BEM PTM Zona 3 sekaligus PRESMA ITB Ahmad Dahlan Jakarta, Faisal Abdul Rachman mengatakan aksi unjuk rasa tersebut, rencanya akan di laksanakan setelah sholat Jum’at sekitar pukul 13.00 WIB. “Iya besok kita akan turun ke jalan untuk melakukan aksi damai, rencanya kumpul terlebi dahulu di kampus Itb Ahmad Dahlan Jakarta dan UHAMKA Jakarta Selatan. baru bersama-sama ke MABES POLRI” ujar Faisal saat di hubungi, Rabu (2/3).
Faisal mengatakan aksi unjuk rasa tersebut akan di ikuti oleh 29 Kampus yang berada di DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat dengan kurang lebih 1000 mahasiswa yang akan hadir dari setiap kampusnya. “dari hasil TEKLAP kita kemarin Bersama seluruh PRESMA dari 29 kampus yang berada di bawah naungan BEM PTM Zona 3 akan di hadiri sekitar 1.000 mahasiswa yang berangkat” tuturnya.
Dalam aksi tersebut kata Faisal, terdapat beberapa tuntutan, yang berdasarkan hasil kajian bersama seluruh PRESMA. Di antaranya, tentang Reprisifitas di Negara Demokrasi yang melanggar Hak Asasi Manusia seperti Tindakan aparat kepolisian saat pengamanan tolak tambang di Wadas, Jawa Tengah dan Penembakan aktivis penolak tambang di Desa Siney, Sulawesi Tengah serta area Tambang Gunung Emas Botak, Kabupaten Maluku, meminta Kapolri untuk mengevaluasi Kapolda Jawa Tengah, Sulawesi Tengah dan Maluku, menuntuk DPR Komisi 3 dan KOMNAS HAM untuk mengusut tuntas kasus Wadas dan kematian rakyat Indonesia akibat peluru yang di keluarkan oleh Aparat, serta mendorong Pemerintah untuk melakukan pendekatan secara Humanis dalam melakukan dialog dengan masarakat.
“tuntutan kita adalah Mengecam keras tindakan represifitas aparat kepolisian di Negara Demokrasi ini yang tentunya melanggar Hak Asasi Manusia seperti kejadian di Desa Wadas dalam pengamanan tolak tambang dan penembakan di Desa Siney, parigi moutong Sulawaesi Tengah dan Maluku yang mengakibatkan tewasnya aktivis, meminta KAPOLRI untuk mengevaluasi bawahannya serta mendorong pemerintah untuk melakukan pendekatan secara humanis dalam berdibalog dengan masarakat” tegasnya.
Aksi ini menegaskan sikap kita sebagai mahasiswa yang menjadi agen of control dalam setiap Tindakan yang di perlihatkan oleh aparat kepolisian. Aksi yang kita lakukan yaitu aksi damai untuk mengingatkan kepada aparat Kepolisian tentang tugas dan wewenang mereka dalam melakukan pengamanan aksi.
“benar aksi kita, aksi damai untuk mengingatkan aparat kepolisian atas tugas dan wewenang mereka dalam mengamankan unjuk rasa” ujarnya.(Red)