Madina – Manyota.id | Dalam rangka mengantisipasi kecanduan anak-anak dari pemakaian gadget yang berlebihan pada zaman digital ini, Pemerintah Kecamatan Tambangan membuat terobosan dengan mengenalkan beragam permainan tradisional kepada anak-anak melalui Festival Permainan Leluhur dan Pemberian Makanan Tambahan kepada Anak-Anak dan Balita se-Kecamatan Tambangan di Desa Muara Mais, Kamis (06/06).
Adapun permainan yang dikenalkan adalah terompah gajah, terompah panjang, engrang, dan congklak. Selain itu ada juga stand mewarnai dan permainan kelereng serta permainan tali.
Camat Tambangan Enda Mora menyampaikan, festival ini merupakan wujud komitmen pemerintah kecamatan dan pemerintahan desa membatasi anak-anak dari penggunaan gadget yang berlebihan. “Kami tidak hanya membatasi, tapi juga menghadirkan solusi sehingga anak-anak teralihkan dari ponsel dan sejenisnya,” katanya.
Dia menjelaskan, permainan tradisional mengajarkan banyak hal bagi anak-anak, seperti kekompakan, mempererat silaturahmi, dan meningkatkan kecerdasaan emosional. “Bagi mereka saat ini mungkin hanya permainan, tapi 10 atau 20 tahun ke depan baru akan mereka sadari manfaatnya,” lanjut Enda.
Camat Tambangan mengungkapkan, festival ini bukan hanya seremonial semata. Melainkan akan ditindaklanjuti ke desa/kelurahan yang ada di kecamatan tersebut. “Nanti di sela-sela permainan juga akan diberikan makanan tambahan yang bersumber dari potensi yang ada di kecamatan ini,” ungkapnya.
Enda menerangkan, program ini merupakan kesepakatan seluruh kepala desa dan lurah untuk memberikan ruang edukasi kepada anak-anak sehingga mereka benar-benar bisa menikmati masa usia dini. “Anggarannya kami tampung di dana desa sehingga bisa berkelanjutan,” lanjutnya.
Dia berharap, festival ini bisa menjadi embrio lahirnya perda pembatasan penggunaan gadget dan pembatasan jam malam bagi anak-anak. “Kami juga sepakat akan membuat jam malam bagi anak-anak,” pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Mandailing Natal Atika Azmi Utammi Nasution yang membuka acara secara resmi, mengaku berterima kasih kepada para kepala desa, lurah, dan camat Tambangan yang telah memberi ruang edukasi bagi anak sehingga terbatasi dari penggunaan ponsel yang berlebihan.
Untuk itu, dia pun mendorong setiap desa yang belum memiliki alaman bolak (lapangan) agar segera diupayakan. “Anggarkan dana desa untuk kepentingan masyarakat,” katanya.
Wakil bupati menambahkan, anak-anak mungkin berpikir hanya menikmati permainan, tapi esensinya mereka belajar banyak hal. “Orang tua harus mendukung program ini sehingga tidak hanya menjadi sebatas seremonial,” lanjutnya.
Atika mengungkapkan akan mendorong hal ini untuk dijadikan peraturan bupati sehingga ada dasar hukum penetapan perda nantinya. “Untuk perda harus melalui sidang DPRD, awalnya kami dorong dulu untuk jadi perbub,” tuturnya.
Dia pun mendorong kecamatan lain berinovasi yang betul-betul dibutuhkan masyarakat. “Hal seperti ini positif. Jadi, kecamatan lain juga sudah perlu memikirkan inovas serupa,” terangnya.
Di sisi lain, Atika sebagai ketua tim Percepatan Penanganan Stunting Madina menjelaskan pentingnya peran serta semua pihak dalam menyukseskan program penurunan tengkes (stunting).
Dia menjelaskan, stunting penting untuk dicegah karena berhubungan erat dengan masa depan bangsa dan negara ini. “Anak yang stunting hanya bisa ditolong sampai pada usia dua tahun,” lanjut lulusan UNSW Australia ini.
Lebih lanjut, Atika menerangkan ketika anak telah menderita stunting, maka akan lamban dalam berpikir. “Tertinggal dalam pelajaran yang berujung malas sekolah dan akhirnya putus sekolah. Akibatnya, anak ini akan menjadi beban keluarga, beban daerah, dan beban negara,” terangnya.
Dia pun menekankan kepada para kepala desa untuk benar-benar memperhatikan penganggaran penanganan stunting pada dana desa. “Ketentuan dalam dana desa terkait penurunan stunting benar-benar diperhatikan,” tutupnya.
Usai acara seremonial pembukaan, wakil bupati kemudian mengunjungi zona permainan anak. Orang nomor dua di Pemkab Madina itu bahkan ambil bagian dalam permainan mewarnai.(red)