Sleman – Manyota.id | Penyintas stroke, Komaruddin Rachmat (69 tahun), memulai aksinya berjalan kaki Yogyakarta – Bandung, Jawa Barat, sejauh 403 kilometer. Dia start di titik nol Yogyakarta, depan Kantor Pos, Sabtu (5/8/2023) pukul 08.00 WIB.
Sebelum memulai aksinya, Komar – panggilan akrab penyintas stroke dari Kota Bekasi ini – dilepas dari Sanggar Yastroki (Yayasan Stroke Indonesia) Yogyakarta yang berada di Embung Tambakboyo, Sleman, pukul 07.00 WIB.
Dari Sanggar Yastroki Yogyakarta, Ketua Umum Yastroki Mayjen TNI (Purn) Dr. dr. Tugas Ratmono Sp.S, MARS, MH dan anggota pembina Yastroki Prof. Dr. dr. Teguh Ranakusuma melepas keberangkatan Komar menuju titik nol Yogykarta. Hadir juga seratusan penyitas stroke yang tergabung dalam Yastroki Yogyakarta.
Keberangkatan Komar menuju titik nol Yogyakarta juga diiringi 20 kendaraan roda tiga dari Komunitas Motor Difabel (KMD), empat kendaraan roda dua, dan vorijder PJR. Di titik nol Yogyakarta, Komar disambut ratusan anggota Yastroki berseragam merah putih.
Sayangnya, pelepasan aksi jalan kaki sekaligus kampanye ‘perang semesta melawan stroke’ ini tidak dihadiri unsur Forkopimda Yogyakarta, meskipun panitia telah menyebar undangan.
Pada kesempatan itu, Komar menceritakan kisah perjuangannya menjalani terapi agar sembuh dari dampak serangan stroke. Komar bercerita, dia terserang stroke pada 16 September 2012 dengan bentuk serangan Hemarogic (pecah pembuluh darah). Saat itu umurnya 58 tahun. Komar sempat dirawat di RS Harum Jakarta Timur di bawah penanganan dr. Gatot Sumantri.
Pasca stroke, kondisi Komar terbilang buruk. Seluruh bagian kiri tubuhnya terasa kebas, kaki dan tangannya mati rasa. Mulut dan bahunya miring ekstrim. Namun, setelah melalui perjalanan panjang, fokus, dan disiplin berkonsultasi dengan dokter, kini kondisinya sudah pulih dan kembali ke kehidupan normal.
Namun demikian, seiring berjalannya waktu, Komar merasa perihatin. Berdasarkan data, menurut dia, saat ini makin banyak orang yang terserang stroke di usia yang variatif. Bahkan, banyak yang di bawah umur 40 tahun.
Penyebab utama terserang stroke itu, karena abai terhadap kesehatan sendiri. Antara lain, kurangnya pengetahuan atau penyuluhan di masyarakat tentang penyakit stroke.
Atas dasar pemikiran itulah, juga didukung Yastroki, Cahaya Foundation (yayasan kesehatan dari Kota Bekasi), dan organisasi lainnya, Komar mewujudkan rencananya berjalan kaki Yogya – Bandung pada 5 – 26 Agustus 2023. Aksi longmarch ini semata-mata untuk membuktikan bahwa penyintas stroke bisa sembuh seperti sediakala.
Rencananya, aksi jalan kaki Komar membutuhkan waktu 20 hari. Jika tidak ada aral melintang, dia diperkirakan akan tiba di Kampus Universitas Padjajaran (Unpad) Dipati Ukur, Bandung, Jawa Barat pada 21 Agustus 2023.
Selama perjalanan, Komar dikawal satu unit ambulans dan motor rider dari jaringan komunitas Cahaya Foundation seluruh Jawa. Komar akan melintasi jalur selatan dengan rute: Yogyakarta, Kulonprogo, Purworejo, Kebumen, Banyumas, Cilacap, Kota Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, dan finish di Bandung.
*Semangat Divisi Siliwangi*
Yang menarik bukan hanya aksi jalan kakinya. Akan tetapi, nilai-nilai semangat juang yang mendorong Komar sebagai penyintas stroke melakukan aksi jalan kaki sejauh 403 kilometer.
Komar yang pernah menjadi aktivis HMI semasa kuliah di Fakultas Ekonomi Unpad memahami sejarah tentang semangat juang Divisi Siliwangi sepulang hijrah dari Yogyakarta menuju Bandung. Saat itu, puluhan ribu tentara Divisi Siliwangi dan keluarganya menghadapi berbagai rintangan selama perjalanan dari Yogyakarta ke Bandung. Bahkan, sebagian tentara gagal sampai tujuan.
Histori semangat juang Divisi Siliwangi itulah yang ingin Komar sampaikan lewat aksi jalan kaki ini. Dia ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa seorang penderita stroke berpeluang besar untuk pulih kembali jika dilandasi semangat dan tekad juang untuk sembuh.
Komar yakin betul dan sudah dia buktikan sendiri. Dengan rajin bergerak dan menjaga suhu tubuh tetap hangat, seorang strokers (penderita stroke) berpeluang besar untuk pulih kembali seperti sediakala. Salah satu cara yang dilakukan Komar dengan berjalan kaki dan memakai jaket agar suhu tubuh tetap hangat. Faktanya, Komar saat ini sudah bisa beraktivitas layaknya orang normal.
*Perang Semesta Melawan Stroke*
Ketua Umum Yastroki Mayjen TNI (Purn) Dr. dr. Tugas Ratmono Sp.S, MARS, MH menilai tekad dan perjuangan Komar agar lepas dari belenggu stroke menggambarkan kampanye “Gerakan Perang Semesta Melawan Stroke”. Menurut dia, upaya dan perjuangan Komar ini menjadi contoh dan pemantik semangat bagi para penyitas stroke untuk pulih kembali.
“Ini sesuatu yang luar biasa. Aksi jalan kaki dari Yogyakarta ke Bandung ini sebenarnya keinginan Komaru untuk bercerita kepada masyarakat bahwa penyintas stroke harus punya tekad yang kuat untuk pulih kembali,” kata Tugas.
Menurut dia, aksi jalan kaki penyintas stroke itu dapat menjadi inspirasi bagi siapapun stakeholder yang berkepentingan, termasuk lembaga pemerintah dan non-pmerintah, untuk berkolaborasi memberikan penanganan stroke yang lebih baik pada masa mendatang.
Menurut Tugas, ada beberapa poin yang ingin ditunjukkan Komar lewat aksi longmarch ini. Di antaranya, menyemangati para penyintas stroke yang sedang berjuang meraih kepulihannya. Sebab, dampak stroke bisa dipulihkan asal tahu caranya dan disiplin menjalaninya.
Selain itu, bagi siapa saja yang potensial terkena stroke agar hati-hati dalam gaya hidupnya. Sebab, stroke itu menyerang secara tiba-tiba. Poin lainnya, mengimbau pemerintah segera membuat ‘peta jalan pulih stroke’ agar para penderita stroke dapat memahami dan mengetahui apa yang harus dia lakukan.
Mantan Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI ini juga mengimbau pemerintah agar memberikan perlindungan kepada penyintas stroke yang terlantar, karena tidak berdaya secara ekonomi dan terasingkan dari lingkungannya.
“Itulah poin-poin aksi jalan kaki Komar, mengajak semua pihak memberikan penanganan stroke secara komprehensif,” tutur Tugas. (Red/team)