Madina – Manyota.id | TAK ada keinginan menjadi camat. Membayangkannya saja pun, tidak. Namanya Sukiman, 55, Camat Sinunukan, Kab. Mandailingnatal. Dia, orang biasa menjadi luar biasa.
Dalam perjalanan jurnalistik dari Pantai Barat Madina menuju Panyabungan, pusat kota Sinunukan terlihat sangat kontras.
Ya, sangat tertata. Kota Sinunukan seperti disulap, apalagi dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, daerah transmigran,daerah tertinggal sejak masih di bawah naungan Kabupaten Tapanuli Selatan.
Berawal dari profesinya sebagai guru, Sukiman, yang saat ini menjabat Camat Sinunukan, ternyata memiliki kisah unik dalam perjalanan karirnya.
“Saya tidak ada keinginan menjadi camat, apalagi membayangkannya. Namun, tokoh-tokoh masyarakat setempatlah yang memintanya karena sumbangsih memberikan inovasi memajukan daerah,” ujar Sukiman kepada wartawan di satu warung pinggir jalan Sinunukan, Sabtu (16/9).
Dulu, Sinunukan daerah transmigran. Namanya juga daerah transmigrasi, ya rata-rata daerahnya miskin. “Tapi itulah perjuangan, mungkin itu yang dilihat masyarakat sehingga mereka memaksa saya agar menjadi camat untuk memajukan daerah,” ujar Sukiman.
Diceritakan, awalnya menginovasi daerahnya sejak dia menjadi guru pada 90-an, dimulai dengan memberikan pendidikan gratis bagi anak-anak desa di Kec. Sinunukan.
“Saya memang tidak punya uang, masyarakat juga begitu. Tapi, Alhamdulillah, saya dan kami mampu membangun MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan memberikan pendidikan gratis selama empat tahun. Bagaimana caranya?” tanya dia.
Sukiman, putra daerah Sinunukan pun menuturkan, awalnya dibangun dengan modal satu kaleng padi dari masyarakat yang tentunya tidak mencukupi untuk sebuah gedung madrasah (dulu MTs Muhammadiyah 23 sekarang 24).
“Makanya, saya bilang dananya dari Sabang sampai Merauke. Karena waktu itu saya mengajukan beberapa proposal melalui wesel yang saya ambil dari Kantor Pos. Saya cari nomor orang penting untuk meminta bantuan dana. Setelah itu, setiap Minggu saya ke Kantor Pos. Alhamdulillah, bisa terbangun,” tuturnya.
Memang diakui, setelah menjabat Camat Sinunukan saja, Sukiman lebih banyak berbaur di luar dengan masyarakat ketimbang harus berlama-lama di dalam kantor. Karena, dia suka bersosialisasi dan memotivasi masyarakatnya.
Berbagai upaya pemberdayaan dilakukan dan berbagai dukungan sejumlah kelompok, termasuk Ketua TP PKK Sinunukan, yang juga kepala sekolah.
Jadi, tak perlu heran, kalau Camat Sinunukan susah menjumpainya di kantor. Sukiman berusaha melakukan berbagai upaya membangun daerah bertebar di 14 desa di Sinunukan.
“PNS ini ada dua fungsi. Kalau di kantor, jadi abdi negara. Kalau di luar, kita harus memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Tugas itu bukan hanya di kantor saja, di masyarakat juga merupakan tugas khusus. Makanya operasional di kantor saya itu 0 rupiah, kecuali memang ada ketentuan perundang-undangannya,” sebut Sukiman.
Diberitahukan, Kec. Sinunukan ada 14 desa. Desa-desanya pun saat ini sudah mulai berkembang seiring dengan kemajuan zaman.
Juga, pemuda-pemudinya sudah banyak mengecam pendidikan tinggi. “Apapun itu semua, harus tetap kita syukuri,” ucap Sukiman, sambil tersenyum.(Red)