Madina – Manyota.id | Malam Budaya Mandailing yang diselenggarakan oleh Badan Bahasa Kemendikbudristek pada Sabtu (31/08) menjadi pusat perhatian publik, menampilkan pementasan drama “Sampuraga Jatuh Cinta” oleh Sanggar Samisara yang tak hanya memukau, tetapi juga menggugah kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya.
Acara ini, yang merupakan puncak fasilitasi Kebahasaan dan Kesastraan tahun 2024, mengajak masyarakat untuk melihat kembali kekayaan budaya lokal dengan mata dan hati yang lebih terbuka.
Drama ini, yang ditulis oleh Budayawan Mandailing, Askolani Nasution, menghidupkan kembali kisah Sampuraga dengan sentuhan yang berbeda. “Ini adalah sudut pandang baru terhadap Sampuraga,” kata Askolani.
Ia menggambarkan Sampuraga sebagai sosok yang kompleks, layak menjadi menantu raja karena kebaikan budi dan ketampanannya, menawarkan perspektif segar yang jarang diungkap dalam cerita rakyat. “Seorang raja tidak akan sembarangan memilih menantu,” tambahnya, menekankan makna moral yang dalam dari cerita ini.
Selain suguhan drama yang memikat, acara ini juga menjadi ajang penghargaan bagi para pemenang lomba ende dan penulisan cerpen berbahasa Mandailing.
Ketua Panitia, Iqbal Harun, mengungkapkan bahwa dari 67 cerpen yang diterima, 15 karya terbaik akan dibukukan, menjadikannya sebuah tonggak penting dalam upaya melestarikan dan mengembangkan sastra Mandailing.
Para pemenang lomba cerpen dan ende tidak hanya membawa pulang hadiah, tetapi juga mengemban misi untuk terus menjaga api budaya tetap menyala.
Iqbal juga mengumumkan rencana perlombaan kuling-kuling acca tahun depan, yang diharapkan dapat menggali kembali tradisi-tradisi yang hampir terlupakan. “Ini adalah upaya kami untuk memastikan bahwa warisan budaya Mandailing tidak hanya menjadi sejarah, tetapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari,” tegasnya.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Madina, Liliana Asaliah Lubis, memberikan apresiasi tinggi terhadap penyelenggaraan acara ini.Ia menekankan bahwa kolaborasi antara pemerintah, sanggar seni, dan para budayawan merupakan kunci untuk membawa budaya Mandailing ke panggung internasional. “Budaya Mandailing Natal memiliki potensi besar untuk mendunia, dan acara ini adalah bukti nyata bahwa kita bergerak ke arah yang benar,” ungkapnya.
Camat Siabu, Sudrajat, dalam sambutannya, menggarisbawahi pentingnya acara ini sebagai upaya untuk mengangkat kembali harkat dan martabat budaya Mandailing di tengah derasnya arus globalisasi. “Ini adalah momen untuk menyatukan kembali masyarakat kita dalam semangat yang sama, menjaga dan memperkuat identitas budaya yang kita banggakan,” katanya dengan tegas.
Nasrul Hamdani, perwakilan Badan Pelestarian Budaya, juga menyoroti pentingnya upaya pelestarian ini, terutama melalui penulisan cerpen berbahasa Mandailing. Ia berharap agar generasi baru penulis Mandailing dapat terus tumbuh dan melanjutkan tradisi literasi yang kaya, seperti yang telah ditunjukkan oleh tokoh-tokoh besar Mandailing di masa lalu. “Mandailing telah melahirkan banyak penulis hebat, dan tugas kita adalah memastikan tradisi ini berlanjut,” tuturnya.
Malam Budaya ini ditutup dengan penampilan monolog, musik, dan ende yang semakin mempertegas kekayaan tradisi Mandailing. Di antara hadirin, terlihat Asisten III Drs. Lismulyadi Nasution, unsur Forkopimcam Siabu, serta ratusan masyarakat yang datang untuk menyaksikan acara yang penuh makna ini. Keberhasilan acara ini tidak hanya dirasakan sebagai hiburan, tetapi juga sebagai panggilan untuk terus menjaga dan merawat warisan budaya yang berharga.(Red)