Madina – Manyota.id | Desa Muara Mais Jambur, Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), berubah menjadi pusat kegiatan sejak pagi buta pada Minggu (16/06). Para ibu-ibu pengurus TP PKK dengan seragam lengkap sibuk mempersiapkan Festival Permainan Tradisional yang bertujuan menghidupkan kembali warisan budaya dan menjaga kesehatan anak-anak.
Di alaman bolak, tanah lapang yang menjadi tempat berkumpul, anak-anak desa memilih alat permainan tradisional seperti congklak, engrang, dan tali dari karet gelang. Suasana ini adalah bagian dari upaya untuk memperkenalkan kembali permainan yang mulai terlupakan.
Tagar “Marmayam Keta. Marhape Emma Jolo.”, yang berarti ajakan bermain di luar dan membatasi penggunaan ponsel, digaungkan oleh pemerintahan desa. Kolaborasi antara kepala desa dan pemerintah kecamatan ini bertujuan mengurangi ketergantungan anak-anak pada gawai dan mendorong mereka bermain permainan tradisional.
Pengurus TP PKK Desa Muara Mais Jambur memastikan tagar ini bukan hanya populer di media sosial, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan nyata. Makanan tambahan bergizi dari potensi desa disajikan, mendukung program nasional percepatan penurunan stunting. Di sela-sela keceriaan, mereka membagikan bubur kacang hijau sebagai makanan tambahan. “PMT akan lebih efektif jika diberikan secara rutin,” ujar Kepala Desa H. Anwar Saddat.
Di Desa Tambangan Tonga, 110 anak menikmati permainan leluhur seperti congklak, engrang, dan terompah gajah. “Jumlah anak yang mengikuti program ini terus meningkat, menunjukkan bahwa program ini mulai diterima oleh orang tua dan anak-anak,” kata Kepala Desa Samsul Bahri.
Sementara itu, di Desa Lumban Pasir, anak-anak antusias mewarnai dan hasil karya mereka dipajang di dinding rumah. Naposo nauli bulung atau para pemuda turut mengawasi dan memberi arahan. “Bermain tak perlu mewah, sehat dan bergizi tak harus mahal,” tegas Kepala Desa Muhammad Arip, menekankan tema dari Festival Permainan Leluhur dan PMT ini.
Camat Tambangan, Enda Mora, menegaskan pentingnya program ini dalam membatasi penggunaan gawai berlebihan di kalangan anak-anak. “Kami tidak hanya membatasi, tapi juga menghadirkan solusi agar anak-anak teralihkan dari ponsel,” katanya. Pihak kecamatan memantau program ini secara berkala untuk memastikan kelancaran. “Kami buat grup pemantauan dan sesekali turun ke desa untuk memastikan program berjalan dengan baik,” jelasnya.
Festival Permainan Leluhur dan PMT di Kecamatan Tambangan yang berlangsung selama dua pekan ini terus dievaluasi untuk perbaikan. Selain itu, pembatasan jam malam bagi anak-anak juga telah disepakati bersama tokoh agama, tokoh masyarakat, orang tua, dan naposo nauli bulung.
Festival ini membuktikan bahwa menjaga warisan budaya dan kesehatan anak dapat berjalan beriringan. Menghidupkan kembali permainan tradisional dan memastikan asupan gizi yang cukup bagi anak-anak adalah investasi berharga untuk masa depan. Mari kita dukung inisiatif ini dan terus berupaya menciptakan lingkungan yang sehat dan mendidik bagi anak-anak kita.(red)