Madina – Manyota.id | Kepala SDN 141 Runding, Sangkot Fitri Ismalia, kini terjebak dalam skandal besar yang mencuat di dunia pendidikan Mandailing Natal. Dugaan pemotongan gaji guru honorer dan penyalahgunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) memicu gelombang protes dari para pendidik dan masyarakat.
Hingga September 2024, banyak guru honorer melaporkan bahwa gaji yang seharusnya mereka terima untuk tahun 2023 belum dikembalikan, menyisakan rasa frustasi dan ketidakpuasan di kalangan mereka.
Dalam dokumen Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) tahun 2023, tercantum bahwa setiap guru honorer berhak menerima gaji sebesar Rp800 ribu per bulan.
Namun, kenyataan yang ada di lapangan sangat berbeda; banyak yang hanya menerima Rp250 ribu per bulan. Praktik ini tidak hanya melanggar hak-hak guru, tetapi juga menciptakan dugaan kuat bahwa pemotongan tersebut dilakukan secara ilegal oleh pihak sekolah.
Lebih mencengangkan, dugaan penyalahgunaan dana BOS juga mencuat dalam kasus ini. RKAS menyebutkan pengadaan laptop charging cabinet dengan anggaran fantastis sebesar Rp13 juta.
Namun, sumber terpercaya mengungkapkan bahwa perangkat tersebut tidak pernah dibeli, menambah kecurigaan akan adanya penggelapan dana yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Media ini telah mengirimkan dua surat resmi kepada Sangkot Fitri Ismalia untuk meminta klarifikasi, namun hingga saat ini, kepala sekolah tersebut tetap bungkam. Ketidakresponsifan ini semakin menambah tanda tanya besar mengenai transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan di SDN 141 Runding.
Kasus ini telah menarik perhatian luas dari publik, mencerminkan kebutuhan mendesak untuk pengawasan yang lebih ketat terhadap penggunaan dana pendidikan.
Masyarakat mendesak pihak berwenang untuk segera mengambil tindakan tegas dalam menyelidiki dugaan ini dan memastikan bahwa anggaran pendidikan digunakan dengan tepat.
Akankah pihak berwenang mengambil langkah nyata untuk menuntut keadilan bagi para guru honorer yang telah dirugikan? Publik menanti dengan harapan bahwa skandal ini akan membawa perubahan positif dan mengembalikan kepercayaan terhadap sistem pendidikan yang seharusnya menjadi pilar masa depan bangsa. (RED)
Sumber : HayuaraNet.com