Madina – Manyota.id | dengan tatapan mata kosong,sesekali berkedip-kedip, pertanda Ipda Nadya Ayu Nurlia Kapolsek Termuda itu sedang menahan rasa gundah gulana Membendung kepedihan hati yang bak disayat sembilu lantaran ditinggal sang kekasih tercinta untuk selama-lamanya.
Dari jauh tampak terlihat Nadya mengeluarkan deraian air mata sambil memeluk Photo Sang kekasih, Berselang beberapa detik, air mata itu pun menetes ke bumi. “Menyiram” tanah Tempat Pemakaman Umum (TPU) Banjar Kobun, Kelurahan Panyabungan II, Panyabungan, Mandailing Natal (Madina), Sumut.
Momen sedih itu terjadi saat Nadya memandangi jenazah Ipda Imam Agus Husein ketika diangkat sejumlah anggota Satbrimob dari dalam peti, sebelum dimasukkan ke tempat perisitirahatan terakhirnya pada prosesi pemakaman, Rabu (13/4), sekitar pukul 09.00.
Ipda Imam Agus Husein adalah perwira Satbrimob Polda Sulawesi Tenggara (Sultra) asal Panyabungan, Madina yang meninggal usai melaksanakan tugas pengamanan demonstrasi mahasiswa di Kendari, Sultra pada, Senin (11/4).
Lalu, siapa Nadya. Dia adalah kekasih almarhum. Jalinan asmara mereka telah lama bersemi, ibarat bunga: sedang mekar-mekarnya. Bahkan informasinya hubungan keduanya suda dalam tahap jenjang menuju pelaminan.
Nadya sengaja datang ke Panyabungan begitu tahu kekasihnya, Imam mengembuskan nafas terakhir di Kendari pada, Senin (11/4), sekitar pukul 17.30 Wita. Ia ingin turut mengantar almarhum ke tempat peristirahatan terakhir.
Nadya adalah kawan almarhum sesama Akademi Polisi (Akpol) angkatan 2020. Saat ini ia menjabat Kapolsek Batang Gangsal, Indragiri Hulu, Riau.
Mungkin Nadya seperti bermimpi. Sepanjang hidupnya, pasti ia tak pernah membayangkan bakal menangis di TPU Banjar Kobun. TPU yang jauh dari kampung halaman. Jauh pula dari tempat tugas.
Dengan langkah lunglai ia berjalan sembari memeluk erat bingkai foto sang kekasih. Mengenakan gamis hitam dan mukena biru muda,ia berjalan beriringan dengan keluarga besar almarhum.
Satu persatu mereka menabur bunga di makam Imam. Terlihat hati keluarga besar H. Kasim (Ucok Banggor) dan Hj. Sangkot sangat terluka. Tidak terkecuali, Nadya. Sembari menunduk, ia menabur kembang di gundukan tanah coklat.
Kepergian Imam yang gugur usai pengamanan unjuk rasa BEM SI di Kendari menyisakan duka mendalam bagi Nadya.
Tak heran usai pemakaman ketika Nadya bersama rombongan keluarga besar Imam hendak meninggalkan kuburan, begitu berat kaki wanita berparas cantik ini melangkah.
Ia terus berdiri, sembari memeluk bingkai foto Imam. Tatapannya kosong ke arah tumpukan tanah kuburan yang bertabur kembang dan tiga karangan bunga.
Dari gestur wajahnya, seolah ada sesuatu yang hendak diucapkan. Ada serangkai kata yang ingin diutarakan, namun tak tersempaikan.
Biarlah hanya Nadya yang tahu apa yang tersembunyi dalam benaknya tersebut. Yang pasti, ia sangat terpukul dan seakan tak rela atas kepergian kekasihnya. Itu manusiawi.
Dua hari lalu, tepatnya pada, Senin (11/4-2022), sambil berurai air mata, Nadya yang merupakan kapolsek wanita termuda di Riau, itu bergegas pamitan dan meminta izin kepada komandannya begitu dapat kabar duka, lelaki yang dicintai sudah dipanggil Yangmaha Esa.
Ipda Nadya pun pamit hendak berjumpa jenazah Imam untuk kali terakhir.
Kepada Kapolres Indragiri Hulu AKBP Bachtiar Alponso selaku pimpinannya, Nadya meminta izin ingin mengikuti rangkaian prosesi pemakaman Imam.
“Semalam (beliau) menghadap saya di rumah dinas, sambil nangis-nangis dan minta izin,” ujar Bachtiar, seperti dikutip dari Suara.com pada, Selasa (12/4).
Kapolres Indragiri Hulu ini pun menyertai kepergian Nadya mengikuti pemakaman mendiang kekasihnya itu dengan doa.
Sebagai senior di Akpol, sekaligus pucuk pimpinan di Polres Indragiri Hulu, Bachtiar tentu turut berduka cita atas gugurnya Ipda Imam Agus Husein yang merupakan jebolan Akpol 2020.(Red)