Madina – Manyota.id | Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor yang merasakan dampak dari pandemi Covid-19. Pada masa itu banyak usaha yang tak mampu bertahan dan terpaksa gulung tikar.
Kampoeng Kaos Madina, salah satu UMKM di Mandailing Natal (Madina), Sumut, tak luput dari dampak pandemi. Meski tak sampai gulung tikar, perusahaan yang dibangun Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut Sobir Lubis ini sempat tertatih. Bahkan, pada saat itu perusahaan ini bisa disebut hidup segan mati tak mau.
Namun, dengan kemampuan melihat peluang, pemilik KKM berhasil bertahan. Kini, UMKM tersebut mulai kembali bergeliat setali tiga uang dengan masuknya pesanan pelanggan. Tak hanya itu, KKM juga melakukan perubahan manajemen untuk mengejar target-target produksi.
Manajer Produksi KKM Rahma Rangkuti yang menerima kedatangan awak media berbicara banyak hal mengenai pengembangan usaha yang bergerak di bidang konveksi dan budaya itu. Salah satunya pelatihan gratis bagi perempuan berusia 17-45 tahun. Bukan hanya pelatihan, nantinya peserta yang sudah mahir akan langsung diterima kerja di KKM.
“Ini bukti KKM tidak hanya fokus pada keuntungan. Kami ingin membuka lapangan kerja bagi masyarakat Madina. Melatih mereka agar terampil,” katanya di kantor pemasaran KKM, Kelurahan Sipolu-polu, Panyabungan, Rabu (26/7).
Lebih lanjut, gadis manis lulusan Politeknik Payakumbuh ini menjabarkan syarat-syarat yang harus dipenuhi peserta, yakni berjenis kelamin perempuan, warga Mandailing Natal yang dibuktikan dengan KTP, dan berusia serendah-rendahnya 17 tahun dan maksimal 45 tahun.
“Tapi, di atas itu semua yang paling penting memiliki sinaraan (kemauan) untuk maju,” tambahnya.
Dia menyampaikan, bagi warga Mandailing Natal yang hendak belajar menenun bisa langsung mendatangi Kampoeng Kaos Madina di Jl. Jambu, Kelurahan Sipolu-polu, atau menghubungi nomor ponsel 082213897976.
Rahma menerangkan, program pelatihan di KKM akan dilakukan secara bertahap agar hasilnya maksimal. Dia berkeyakinan, dengan memiliki kemampuan seperti menenun akan membuka peluang kerja untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
“Ini masanya ekonomi kreatif. Bisa dilihat di dunia enterpreneur saat ini didominasi oleh usaha yang bergerak di bidang ekonomi kreatif. Teknologi juga menunjang itu,” ujar perempuan yang memiliki saudara kembar ini.
Pandemi, jelas Rahma, memang sempat memukul pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun, dia berkeyakinan kemampuan beradaptasi pengusaha akan mampu berlari dengan cepat pascapandemi.
“Ini yang kami lakukan di KKM. Melakukan perubahan untuk kemajuan. Dulu, usaha ini sempat terseok-seok, sekarang sudah kembali mempekerjakan beberapa orang. Saat ini ada sembilan pekerja dari Bandung, itu belum termasuk warga Madina,” terangnya.
Rahma mengaku selaku manajer produksi Kampoeng Kaos Madina tidak semudah yang dibayangkan karena dia diharuskan mampu memadukan konveksi dengan adat budaya Mandailing Natal.
“KKM itu sudah terkenal sebagai tempat oleh-oleh merchandise yang berhubungan dengan Mandailing. Kekhasan itu harus dipertahankan,” tegasnya.
Pendekatan sosial budaya dengan ekonomi kreatif, jelas Rahma, bisa meningkatkan penjualan perusahaan dan membuka lapangan kerja bagi pengrajin lokal, selain itu juga akan menjadi ajang promosi dan upaya menjaga budaya lokal.
“Kami harap lebih banyak pengusaha yang mau memadukan bisnisnya dengan budaya Mandailing. Kami bangga menjadi bagian dari itu,” tutupnya. (RED)