Tangerang – Manyota.id | Kontrakan sepetak di RW 09 Kelurahan Tanah Tinggi,Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang jadi saksi bisu kepiluan Desi Bocah yang masih berusia 12 tahun.
Dinding rumah dengan car warna hijau toska itu menjadi saksi bocah yang saat ini duduk di bangku kelas 6 SD.Orang tuanya meninggal akibat terjangkit Covid-19.
Ayahnya bernama Ahmad Husein (56) meninggalkan Desi untuk selama-lamanya,Sedangkan ibunya Sudarti (47) kerap kali sakit-sakitan.
Di kontrakan itu Desi hanya tinggal berdua dengan ibunya.Gadis berparas manis ini pun harus rela mencari uang untuk memenuhi kehidupannya.
kepada Media Desi mengaku dirinya terpaksa berjualan sambil bersekolah.”Iya saya jualan, karna ayah sudah tidak ada,” ujar Desi tampak sedih saat di temui oleh Media di tempat tinggalnya, Minggu (13/3).
Desi juga mengaku kepada Media bahwa Sang ayah pergi untuk meninggalkannya selama-lamanya pada Juli 2021 silam.Ayahnya bekerja sebagai petugas sekuriti di sebuah perusahaan swasta.
“Ayah sudah enggak ada, enggak ada yang biayain. Tinggal saya dan ibu,” ucapnya terlihat sendu.
Dalam kesehariannya Desi berjualan es dan opak.jualan Es beserta opak itu dari tetangganya.
“Saya Keliling sekitar kampung sini saja jualannya.”kata Desi
Hasil jualannya itu disisihkannya untuk membantu ibunya.terkadang Sang ibu harus menjadi kuli cuci namun kondisi fisiknya terkadang melemah.
“Kasihan juga sama ibu capek. Makanya saya bantu-bantu. Kalau habis jualan juga saya ngupasin bawang, uangnya buat ibu,” ungkap anak kelas 6 SD ini terdengar haru.
Mereka pun tiap bulannya juga harus membayar sewa konntrakan. Dalam sebulan mereka membayar sewa Rp. 600 ribu.
Pernah sampai seharian saya sama ibu tidak makan. Tahan lapar habis memang tidak punya uang,” imbuhnya.
Sebagai anak yatim dan hidupnya serba keterbatasan, dan hingga kini Desi belum pernah mendapat bantuan.Baik itu dari tingkat pemerintah mau pun pihak sekolahnya.
Anak berumur 12 tahun ini mengenyam pendidikan di SDN Daan Mogot 3, Kota Tangerang.
Menurut sang ibu Sudarti anaknya itu belum mendapatkan bantuan dari sekolahnya.
“Iya sekolah sudah tau kalau ayah Desi meninggal karena Covid-19. Tapi sampai saat ini memang belum mendapat bantuan apa-apa,” jelas Sudarti.
Ia menjelaskan dari pihak Kelurahan serta Kecamatan pun sampai saat ini belum ada uluran bantuan.
Sudarti pun merasakan kegetiran mendalam mengurus buah hatinya itu seorang diri.
“Kasihan kalau melihatnya anak saya sampai keliling-keliling berjualan,” tuturnya sambil menitiskan air mata.Dirinya berharap agar dapat diberi ketegaran dalam menghadapi ujian ini. Dan Desi pun tumbuh untuk meraih cita-citanya.
“Kalau dapat bantuan biasanya hari Jumat dari sedekah Masjid di sekitar rumah,” beber Sudarti.
Selain itu desi juga punya cita-cita mulia,Walau pun hidup dalam kepahitan, Desi memiliki asa untuk menggapai cita-citanya.Dia berhasrat ingin menjadi pengajar di masa kelak.
Mau jadi guru,” kata Desi.
Dirinya bericita-cita menjadi guru karena mempunyai alasan. Ia ingin mengajar anak-anak yang senasib dengannya.
“Pengin ngajarin anak-anak yang enggak mampu. Seneng rasanya kalau bisa bagi ilmu,” ungkapnya.
Di sekolah Desi kerap kali mendapat rangking.Dia siswa berprestasi di kelasnya.
“Alhamdulillah rangking 2. Habis lulus SD mau lanjutkan ke sekolah unggulan SMPN 2 Kota Tangerang,” ucap Desi.
Dalam pembelajaran jarak jauh tentunya ada saja kendala yang ditemui Desi.
Dia terkadang tak mempunyai kuota internet untuk mengikuti sekolah online tersebut.
“Enggak punya pulsa ke rumah temen nebeng pakai WiFi,” papar Desi.(NH)