Madina – Manyota.id | Kabupaten Mandailing Natal (Madina) mencatat penurunan signifikan dalam kasus stunting (tengkes) sebesar 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, keberhasilan ini diiringi dengan peningkatan kasus kemiskinan ekstrem, menambah tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah.
Hal ini terungkap dalam acara Diseminasi Audit I Kasus Stunting Kabupaten Mandailing Natal yang berlangsung di Ballroom Ladang Sari, Panyabungan, pada Kamis (18/07). “Ada penurunan hingga 13 persen, menjadikan Madina salah satu kabupaten dengan data paling lengkap,” ungkap Kepala Bidang Pengendalian Penduduk pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB), Nuhamidah, dalam sesi wawancara usai acara.
Audit kasus stunting ini berfungsi sebagai evaluasi terhadap program percepatan penanganan stunting di Madina. Pada audit pertama ini, sepuluh desa dijadikan lokus, yaitu Hutabargot Nauli, Hutabargot Dolok, Bangun Sejati, Binanga, Hutabaringin, Pastap, Simangambat TB, Kelurahan Sipolu-polu, Kelurahan Dalan Lidang, dan Desa Purba Lamo.
“Penurunan angka stunting di Madina sebenarnya bisa melebihi 13 persen jika dilakukan intervensi yang lebih luas. Kami menyarankan pimpinan untuk melakukan intervensi agar penurunan kasus bisa lebih maksimal,” jelas Nuhamidah.
BACA JUGA :
Dicari Orang Hilang: Irma Khairani dan Modon dari Mandailing Natal
Namun, di sisi lain, Raja Faisal dari Baperida melaporkan peningkatan kemiskinan ekstrem yang dipicu oleh inflasi dalam beberapa waktu terakhir. “Standar WHO untuk paritas daya beli sebelumnya Rp11 ribu per hari, sekarang sudah mencapai Rp13 ribu,” paparnya.
Saat ini, terdapat 1.151 keluarga yang tergolong miskin ekstrem, dengan persebaran paling banyak di Kecamatan Panyabungan dan paling sedikit di Kecamatan Sinunukan. Kemiskinan ekstrem ini merupakan salah satu faktor penyebab stunting. “Namun, ini bukan satu-satunya faktor. Ada juga anak-anak pegawai dan anak orang kaya yang menderita stunting,” tambah Raja Faisal.
Acara diseminasi ini menjadi ajang penting untuk bertukar ide dan gagasan serta menyatukan pemahaman mengenai penyebab stunting. “Pola asuh juga bisa menjadi penyebab,” tutup Raja Faisal.
Acara yang dibuka oleh Sekdakab Madina Alamulhaq Daulay ini dihadiri oleh kepala Puskesmas dan camat se-Kabupaten Mandailing Natal, perwakilan 17 OPD yang tergabung dalam TPPS, serta koordinator KB di masing-masing kecamatan dan desa.
DPPKB Madina juga mengundang sejumlah pakar, di antaranya Tim Pakar Psikologi Rifka Farma Rangkuti, M.Psi, Tim Pakar Ahli Gizi dr. Erli Mutiara, M.Si, Tim Pakar Spesialis Anak dr. Dhito Athos P. Daulay, M.Ked, SPA, dan Tim Pakar Obgyn dr. Try Ebta Meyniar, Sp.Og.
Dengan kolaborasi berbagai pihak, diharapkan penanganan stunting di Madina dapat terus ditingkatkan, meskipun tantangan kemiskinan ekstrem masih harus diatasi. Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam memahami dan menangani penyebab stunting akan sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan ini.(Red)