Madina – Manyota.id | Dalam Rangka memperingati 10 Muharram 1446 Hijriah /2024 Masehi, masyarakat Desa Muara Mais Jambur, Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), dengan penuh suka cita menggelar acara memasak Bubur Asyura di lapangan bola voli Jambur pada Selasa (16/07/2024).
Kegiatan ini diprakarsai oleh kaum ibu-ibu warga Desa Muara Mais Jambur yang bekerja sama dengan Tim Penggerak PKK Desa Muara Mais Jambur.
Bulan Muharram memiliki makna penting bagi umat Islam sebagai awal tahun dalam penanggalan Hijriah dan juga sebagai bulan yang penuh dengan peristiwa bersejarah.
Kepala Desa Muara Mais Jambur, Anwar Saddad, menjelaskan bahwa untuk memperingati momen istimewa ini, masyarakat desa merayakannya dengan mengolah Bubur Asyura, hidangan khas yang memiliki nilai simbolik dan sejarah yang mendalam. “Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT atas keselamatan yang diberikan selama ini,” ujar Anwar.
Proses pengolahan Bubur Asyura dilakukan dengan penuh semangat dan kerja sama antara ibu-ibu warga desa dengan team penggerak PKK desa Muara Mais Jambur.
Mereka menggunakan resep turun-temurun yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Bubur Asyura terbuat dari campuran beragam bahan seperti gula ,kacang hijau, beras, beras ketan, ubi batang, buah labu, ubi jalar, serta mata ikan atau bubur delima,dan santan dan ditambah daun pandan wangi yang memberikan cita rasa unik dan kaya akan nutrisi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Bubur Asyura diperoleh melalui sumbangan sukarela dari warga desa Muara Mais Jambur.
Semangat gotong royong dan kebersamaan sangat terasa saat masyarakat setempat turut berpartisipasi dengan memberikan kontribusi, baik berupa bahan baku maupun tenaga. Hal ini menunjukkan solidaritas dan persatuan dalam merayakan 10 Muharram 1446 Hijriah serta menghidupkan nilai-nilai sosial yang melekat dalam agama Islam.
“Acara memasak Bubur Asyura ini merupakan wujud kebersamaan dan persatuan warga desa. Selain sebagai bentuk syukur, acara ini juga mempererat tali silaturahmi di antara warga,” tambah Anwar.
Setelah selesai dimasak, Bubur Asyura dibagikan ke rumah-rumah warga. Tradisi memasak Bubur Asyura tidak hanya menjadi rutinitas dalam menyambut Tahun Baru Islam, tetapi juga sarat dengan makna sejarah. Sejarah mencatat bahwa Bubur Asyura telah ada sejak masa Nabi Nuh AS, ketika beliau bersama para pengikutnya yang beriman selamat dari banjir besar dengan menaiki perahu.
Acara ini berhasil menciptakan suasana penuh keakraban dan kebersamaan di Desa Muara Mais Jambur, serta menjadi pengingat pentingnya merawat tradisi dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat.(Red)