Padang Sidimpuan – Manyota.id | Sabtu (17/8/2024) kemarin seharusnya menjadi hari penuh sukacita bagi seluruh rakyat Indonesia, ketika bangsa ini merayakan 79 tahun kemerdekaannya. Namun, bagi keluarga Aprisal, seorang mahasiswa asal Desa Bangun Purba, Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), hari itu berubah menjadi tragedi memilukan yang merenggut nyawa putra tercinta mereka.
Hanya dua jam setelah detik-detik pembacaan Proklamasi, nyawa Aprisal melayang dalam kecelakaan tragis yang terjadi di depan Masjid Al Munawwar, Kelurahan Pijorkoling, Kota Padangsidimpuan, sekitar pukul 12:00 WIB.
Kasat Lantas Polres Padangsidimpuan, AKP Rianto Polman Pasaribu, tak mampu menyembunyikan kesedihan saat mengonfirmasi peristiwa ini. Aprisal, seorang pemuda yang penuh harapan dan masa depan cerah, sedang menempuh perjalanan panjang dari Pekanbaru, Provinsi Riau, menuju Panyabungan dengan Mengendarai sepeda motor Honda Vario dengan nomor polisi B 3642 BJN, Aprisal melaju tanpa curiga, melewati jalan menurun dan tikungan tajam di depan Masjid Al Munawwar—sebuah titik rawan yang sering menjadi saksi bisu kecelakaan tragis.
Pada saat yang sama, Hamdan Suhadi Dalimunthe, seorang ayah berusia 33 tahun yang baru saja selesai merayakan kemerdekaan bersama anak balitanya, sedang melintas dari arah berlawanan.
Mereka mengendarai sepeda motor Suzuki Satria FU dengan nomor polisi BK 3689 YBD. Mereka baru saja menikmati momen kebersamaan menyaksikan perlombaan HUT RI dan hendak pulang ke rumah untuk beristirahat dan makan siang. Namun, takdir berkata lain.
Di tikungan maut itu, kedua pengendara tak sempat menghindar. Benturan keras pun terjadi, memecah keheningan siang itu dan menghancurkan harapan serta kebahagiaan yang baru saja dirasakan.
Tubuh Aprisal terlempar jauh dari sepeda motornya, menghantam aspal dengan keras. Luka parah di kedua lutut dan dada membuatnya tak berdaya. Sepeda motornya hancur berantakan, berserakan di jalan yang kini menjadi saksi bisu akan tragedi yang tak terhindarkan.
Sementara itu, Hamdan yang memeluk erat anak balitanya dalam upaya melindungi dari dampak tabrakan juga terpental ke parit di sisi jalan.
Sepeda motor mereka terseret beberapa meter, meninggalkan jejak kecelakaan yang mengerikan di aspal. Warga sekitar yang menyaksikan kejadian ini berlarian dengan panik untuk memberikan pertolongan.
Namun, nyawa Aprisal tak terselamatkan. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Aprisal menghembuskan nafas terakhirnya, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan masyarakat yang mengenalnya.
Hamdan, yang mengalami luka serius di kepala, badan, dan kaki, serta anak balitanya yang mengalami pergeseran sendi kaki, segera dilarikan ke rumah sakit.
Meski keduanya akhirnya diperbolehkan pulang setelah menjalani perawatan, luka emosional yang ditinggalkan oleh peristiwa ini akan sulit hilang dari ingatan mereka.
“Kami sudah melakukan olah TKP dan memintai keterangan dari saksi-saksi di tempat kejadian. Penyelidikan lebih lanjut masih terus kami lakukan untuk mengungkap seluruh aspek kecelakaan ini,” ujar AKP Rianto Polman Pasaribu dengan nada prihatin.
Tragedi ini bukan hanya merenggut nyawa seorang pemuda yang penuh potensi, tetapi juga meninggalkan luka yang dalam di hati keluarga, sahabat, dan masyarakat sekitar.
Hari yang seharusnya menjadi simbol kebanggaan dan kebahagiaan justru berubah menjadi hari berkabung yang tak akan pernah terlupakan.
Aprisal, yang seharusnya meraih masa depan yang cerah, kini hanya menjadi kenangan pahit yang akan terus dikenang oleh mereka yang mencintainya. Peristiwa ini menjadi pengingat tragis akan rapuhnya hidup dan betapa pentingnya keselamatan di jalan raya, terutama di tengah euforia perayaan yang kerap membuat kita lengah.(Red)